Rabu, 17 Februari 2010















BATUA ASAH
SKETSA PKL
Acrilyc on canvas
BATU ASAH

Batu asah adalah komunitas nir-laba yang bergerak dalam bidang pendidikan seni, khususnya seni rupa. Batu asah berdiri 2007 diKotagede, Yogyakarta.

Berangkat dari cara pandang dan kegelisahan yang sama dalam melihat permasalahan pendidikan seni rupa, kami berupaya membuat sebuah ruang study alternatif yang lebih terbuka. Beberapa agenda yang telah kami lakukan seperti diskusi, workshop dan pameran. Selain itu kami akan terus bekerja sama dengan beberapa institusi dan komunitas di luar seni rupa yang nantinya dapat untuk mencetak formula dan konsep dalam menggembangkan pendidikan seni rupa.



KONSEP KARYA BATU ASAH
Project Seni Kaki Lima Alun-alun Utara

(Papan nama untuk PKL di Alun alun Utara Yogyakarta)

Hakiakatnya sebuah tata Kota harus dibangun untuk dapat mengakomodir kepentingan masyarakatnya baik sosial maupun ekonomi. Dalam pelaksanaanya sering terjadi benturan, dimana salah satu sering harus terkorbankan dan biasanya mereka itu adalah kaum kecil. Keberadaan pkl di Alun alun utara Yogyakarta sebagai contoh paling pas untuk ini. Kepentingan mempertahankan budaya ( lingkungan kraton) dan ekonomi mengakhibatkan kerberadaan pkl sangat terabaikan. Permasalahan pada ruang Publik tersebut di perparah dengan pemakaian trotoar untuk berjualan dan hal itu tentu saja menggangu para berjalan kaki. Hal itu terjadi karena terbatasnya ruang mereka untuk berdagang dan akses masyarakat untuk membeli.

Apabila tempat untuk pkl itu diatur dan diserasikan dengan lingkungan kraton maka hal itu akan menambah keindahan lingkungan alun alun utara sehingga secara tidak langsung juga dapat menaikan taraf hidup mereka. Salah satu yang menarik dari kami adalah keberadaan penyedia jasa potong rambut, wartel dan counter.

Untuk itu kami dari batu asah art education berencana merespon kondisi tersebut dengan pembuatan plang ( papan nama) dengan tetap mempertimbangkan hal hal di atas. Papan nama tersebut di buat dua macam permanent dan tidak mengingat keberadaan tukang cukur tersebut hanya pada saat siang hari berbeda dengan wartel /counter. Selain itu untuk tukang cukur kami membuatkan kain penutup (cap potong) bermotif batik dan dibordir sesuai nama mereka.




NGGOTA

Nama : Endar”Dimmo”Pramono
TTL. : Banjarnegara, 15 Mei 1985
Alamat : Jl. Ori No. 16 Papringan Depok, Sleman, Yogyakarta
Phone : 085647630955

AKTIVITAS KESENIAN:
2009
Pameran Seni Rupa”Dialog Purba”, Arslonga, Yogyakarta
Pameran Seni Rupa”Artspiration”, Fisipol UGM, Yogyakarta
Pameran Seni Rupa”Subsonicsonar”, Retro House, Semarang
Pameran Seni Rupa”Pesta Topeng Monyet”, Balai Sriwijaya, Yogyakarta
Pameran Seni Rupa “Sense, Sciene, Sign”, Taman Budaya Surakarta
Pameran Seni Rupa”Sepi ing gawe rame ing pamrih”,Student Center UNY
2008
Pameran Seni Rupa”Back To Reborn”, Balai Kota Wonosobo
Pameran Seni Rupa”In Some”, Nggon Kopi, Yogyakarta


NAMA : PRATANDA FILAHI
TTL : PACITAN, 15 JUNI 1986
ALAMAT : JALAN KLUWIH NO 06, JOMBLANG, JANTI, BANGUNTAPAN, BANTUL, YOGYAKARTA.
TLP : 085737042789

AKTIVITAS KESENIAN

2009 : “Brethren of the Coast.@Teleng ria Pacitan
“Bienalle X,Jogja Jamming-Mobile Art with SMM”
“ Dialog Purba “, Arslonga,YK
“Artspiration”, Fisipol UGM, YK
“Subsonicsonar”, Retro House, Semarang
“ Pesta Topeng Monyet ”, Balai Sriwijaya, YK
“ Sense Science Sign “, Taman Budaya Jawa Tengah-Surakarta
“ Sepi Ing Gawe rame Ing Pamrih ”, Student Centre UNY
“ Performance Art Mural, Launcing Majalah Urban Art EKSPRESI UNY
“ Lomba Caracter Desain “ SMA Patmanaba, YK
2008 : “ Back To Reborn ”, Balai Kota Wonosobo
“ In Some ”, Nggon Cofee YK
“ Saya Tunggu Jawabanya “, Benteng Vredeburg, YK
2006 : “ Wajah-Wajah Hitam Putih “, Seni Rupa UNY



Nama : Hadi Iswanto (Hamz)
TTL. : Jakarta, 24 April 1985
Alamat : Keyongan lor, Sabdadadi, Bantul
No. Hp : 085643993017
Email : hamzhamz@rocketmail.com

AKTIFITAS KESENIAN :
2009
Pameran Seni Rupa “DAM “ UNY
Pameran Seni Rupa “Ar2009tspiration” Fisipol UGM
Pameran Seni Rupa “Sense Sciene Sign” Taman Budaya Surakarta
Pameran Seni Rupa “Sepi ing Gawe, Rame ing Pamrih” SC UNY
2008
Pameran Seni Rupa “Back to Reborn” Balai kota Wonosobo
Pameran Seni Rupa “in Some” Nggon Coffe Yk

Kamis, 04 Februari 2010

kedai kebun

Komplek Kraton Jogja yang berada di sisi utara dan selatan Alun-alun Utara apabila kita amati, banyak sekali orang yang mencari mata pencaharian di sekitarnya dengan berdagang. Mereka bisa tergolong orang-orang oportunis yang berusaha memanfaatkan objek wisata kraton sebagai tempat pencaharian. Ada yang menetap ada pula yang berpindah-pindah. Ada juga satu kompleks berderet adalah satu keturunan genetik. Kami sering menyebutnya dengan ‘pedagang sebuyut’. Mereka tumbuh dengan aset yang kecil hingga mampu mendirikan tiang-tiang warung di pinggir alun-alun utara. Ada yang ilegal ada pula yang legal. Mereka mencipta budaya dengan aturan-aturan mereka. Mencipta sebuah sistem pemerintahan yang tidak ditulis tetapi harus dijaga. Mereka mencoba menjaga dunia kecil mereka untuk menjaga kehidupan.

jogjanews

Dalam pameran ini ditampilkan hingga ratusan foto berisi aneka rupa kehidupan sehari-hari kehidupan PKL Alun-Alun Utara Kraton Yogyakarta karya Atrayu Mayudga Graha. Karya ini dimaksudkan membandingkan peta yang dibuat dari hasil pengamatan lapangan dengan arsip peta yang telah dibuat sebelumnya.

gelaranalmanak

Sementara itu salah satu tim riset El Putro Bantolo, menyatakan PKL adalah korban yang bisa memperjuangkan dirinya sendiri untuk bisa hidup. Korban dalam hal ini, orang yang dianggap miskin dan terlihat tersiksa. PKL mampu menciptakan budaya dalam kehidupan mereka sendiri.

tembi

Jika ingin berbohong, orang Jogja tinggal mengatakan belum pernah mendengar nama alun-alun utara. Baik alun-alun utara maupun alun-alun selatan merupakan komplek Kraton Jogja. Ia merupakan penanda yang amat penting di kota ini.












Koordinasi persiapan
Proyekseni kaki lima alun-alun utara Yogyakarta
dilaksanakan di Taman Budaya Yogyakarta

Minggu, 24 Januari 2010

Berbagi ruang dengan PKL

Alun-alun utara sekarang banyak penjualnya mas, beda dengan dulu, malah banyakan penjualnya dari pada pembeli. Tapi syukur Tuhan adil, walau banyak semua masih kebagian rejekinya. Teman-teman seumur saya yang jualan disini juga sudah tidak ada lagi, udah pada mati.

Bu Bandi adalah pedagang terlama di alun-alun utara, sudah 60an tahun yang lalu dia telah berjualan yang bermula dari orang tuanya. Warung kecilnya di depan pojok gedung sono budoyo merupakan warung makan sendiri diantara kios-kios pedagang kelontong. Dia juga mempunyai anak yang juga membuka kios kelontong disebelah warungnya, dan bila diamati kedua warung tersebut masihlah satu kios karena sekatnya memiliki lubang yang bisa diakses keluar masuk kios makan dan kelontong. memang untuk wanita berumur 80an tahun dan mengelola kios makan mungkin sangat sulit karena tubuh rentan itu terlihat butuh istirahat bukan bekerja.
Alun-alun utara sebagai ruang sakral juga dimanfaatkan untuk ruang kepentingan-kepentingan yang lainnya. Dahulu, kesakralan alun-alun utara sangat dijaga oleh pihak keraton dan para penduduk setempat. Tapi Kini bisa dilihat bahwa ruang kesakralan tidaklah bisa egois lagi, dia harus berbagi dengan kepentingan-kepentingan yang ikut memanfaatkan ruang alun-alun utara.PKL adalah yang memanfatkan alun-alun utara sebagai ruang untuk mencari nafkah, seniman menempatkan altar sebagi media apresiasi seni, pemerintah menempatkan altar sebagai ruang pariwisata,keraton menempatkan alun-alun sebagai ruang kegiatan upacara adat, dan banyak lagi lainnya.
Ruang sangat penting dalam peradaban dan perkembangan manusia, tanpa ruang manusia tidak akan bisa apa-apa. Ruang adalah sumber apresiasi segala pemikiran dan daya usaha. Kita semua butuh ruang untuk bergerak dan berdinamika. Saat kita memiliki ruang yang nyaman untuk berekspresi kemudian diganggu oleh pihak lain otomatis kita tidak nyman lagi, bahkan bisa marah.Itulah pentingnnya sebuah ruang, tempat untuk bertingkah laku dan berekspresi daya usaha. Dan bagaimana reaksi awal saat kita melihat sebuah ruang yang tidak teratur dan tidak terjaga, mungkin dibenak kita adalah orang didalamnyalah yang salah karena tidak bisa menjaga dan memeliharanya.
Saat pertama kali memasuki alun-alun utara yang pertama muncul dibenakku adalah sebuah situs peninggalan yang bisa dikatakan berupa taman tetapi tidaklah terawat, banyak PKL yang semerawut dan sampah dimana-mana. Kondisi dalam alun-alun sendiri kurang terawat, pasir atau rumput sama-sama terabaikan, belum lagi banyak sampah, digunakan untuk parkir bus, dan juga untuk berdagang. Saat aku ingin menikmati berjalan mengelilingi altar dibawah rindangnya pohon beringin juga tidak bisa, karena ruang pejalan kaki telah dipenuhi oleh gerobak-gerobak PKL. Hmm..sungguh tidak nyaman.
Sambil bersantai dan membeli minum akau menanyakan kepada PKL mengapa mereka berjualan mengguanakan ruas jalan pejalan kaki, ternyata hal itu karena didirikannya pagar-pagar. Dahulu mereka jualan di bawah pohon-pohon beringin, sehingga sisa ruas jalan untuk pejalan kaki masih banyak, tetapi setelah didirikannya pagar-pagar gedung itu mereka harus memajukan jualan mereka dan dengan jumlah pedagang yang makin banyak, tertutup sudah semua ruas jalan untuk pejalan kaki ini. Oh, ternyata karena itu.
Dilain hari saat melewati altar terlihat banyak kios yang tutup entah kenapa, saat melihat dari ujung sebuah kios aku baru tahu ternyata kioas-kioas itu sejajar dan dibangun rapi. Tetapi saat dibuka keadaan sangat berbeda karena mereka juga menambah meja tambahan di depan kios. Aku membayangakn bila saat mereka buka dan tidak ada meja tambahan, maka masih ada space untuk pejalan kaki dan akan terlihat lebih rapi.
Disisi lain, PKL juga mengaku membutuhkan sebuah penataan dan pengorganisiran secara serius oleh pemerintah, mereka sadar betul akan posisi mereka yang seringkali membuat semerawut dan kotor serta mengurangi nilai kesakralan altar. Tapi masyarakat juga pastilah tahu bahwa PKL adalah manusia yang butuh uang untuk keseharian sehingga keberadaan mereka tidaklah selalu dianggap salah. Apalagi mereka cukup mandiri dalam mengelola ekonominya tanpa perlu bantuan pemerintah. Mungkin sudah seharusnya penataan ruang yang diisi oleh banyak kepentingan di dalam altar dan sekitarnya perlu penataan ulang sehingga tidak ada ruang nyaman yang dinganggu.

ilham